Minggu, 21 September 2008

Ikhlas dan Urgensi Niat

Ikhlas dan Urgensi Niat

Ikhlas dan urgensi niat dalam setiap perbuatan dan perkataan, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi

Firman-firman Allah swt. dalam Al-Quran:
1.”Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5)

2.“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan Allah supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) dinNya.” (Az Zumar: 11)

3.“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah. Akan tetapi, ketakwaan kamulah yang dapat mencapainya…” (Al-Hajj: 37)

4.“Katakanlah, ‘jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu memperlihatkannya, pasti Allah mengetahui’…” (Ali Imran: 29)

Hadist-hadist :

1.Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Segala perbuatan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala) apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya . Barang siapa berhijrah untuk mencari dunia atau untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka hijrahnya hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).” (Muttafaq’alaih)

2.Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Seorang laki-laki yang melakukan shalat berjamaah (di masjid) lebih baik dua puluh derajat dibandingkan dengan shalat yang dilakukan dipasar atau dirumah. Sebab, jika seseorang melakukan wudhu dengan baik, kemudian mendatangi masjid hanya untuk shalat, maka derajatnya akan ditinggikan satu tingkatan, dan keburukannya diampuni setiap kali ia melangkahkan kakinya hingga ia masuk masjid. Bila ia telah masuk masjid, ia diberi pahala sebagaimana orang yang melakukan shalat (walaupun hanya duduk), selama ia menanti shalat (berjamaah). Para malaikat pun mendoakan seseorang, selama ia di tempat shalatnya (ia belum meninggalkan masjid). Para malaikat itu berdoa, ‘Ya Allah, berikan rahmat kepadanya. Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah terimalah tobatnya.’ (Doa tersebut dibaca oleh para malaikat), selama ia tidak menyakiti (orang) dan tidak berhadats.” (Muttafaq’alaih)

3.Abul Abbas, Abdillah bin Abbas bin Abdul Muthalib ra. berkata bahwa Rasulullah saw meriwayatkan dari Tuhanya swt.,”Sesungguhnya, Allah mencatat kebaikan dan keburukan.”Kemudian Allah menjelaskan, “Barangsiapa yang bermaksud mengerjakan kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, maka Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh di sis-Nya. Jika ia bermaksud untuk melakukan kebaikan lalu dilakukannya, Allah mencatat baginya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus lipat, bahkan berlipat-lipat. Namun, jika ia bermaksud untuk melakukan kejelekan, lalu tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia bermaksud untuk mengerjakan keburukan lalu dikerjakan, Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.” (Muttafaq’alaih)

Tidak ada komentar: