Rabu, 22 Oktober 2008


inginku merentas jalan hidup ini dengan sebuah senyuman panjang yang membuat semua orang merasa senang, ketika melihatku. namun saat yang ada tidak pernah berpihak padaku. ketika ku bercita-cita menjadi seorang pengabdi tetapi tak kunjung diakui.
pagi yang penuh hikmah tak terasa telah terlewati. tanpa ada yang menghantarkan ku kepada cita-citaku sebagai pengabdi. tempat yang dahulu pernah menjadi sejarah terburuk kini tetap lekat di penglihatanku. ku ingin pergi darinya, untuk melupakan sedetik ingatan yang amat sulit ku lupakan.
tempat itu berhari-hari berada di dekatku, ketika ku melihatnya semua kembali kepada masa terburukku itu. ku ingin pergi meninggalkannya meskipun sesaat..sekejap...
lari dari kisah kelamku itu.
sungguh aku ingin bersamanya walau hanya sesaat di bumi nyata ini. namun, masa kelamku membuatku berat untuk menapaki hari-hari esokku.
karena ku takut suatu saat nanti ada masa dimana kekecewaan terjadi kembali. ku tak mau membuat kekecewaan yang sama terulang kembali.
hidupku ada tetapi perasaanku tiada. sejak tiada tabir penutup sehelaipu. ku telah pasrahkan semua. kuperlihatkan satu demi satu kesempurnaan itu, hingga masa kelampun terjadi. hari-haripun terlewati terasa angin yang berhembus sesaat. huuussss...

tahukah...
aku menangis hingga tak ada airmata yang mengalir, hari-hari terakhirku ku jalani dengan langkah rapuh. ku jejaki jalan-jalan penuh duri-duri tajam hingga kakiku terluka parah.

saat ku torehkan kalimat ini di rumah mayaku...aku mengukir sebuah kata-kata yang belum pernah aku buat sebelumnya. semoga torehan pertamaku itu menjadi torehan awalku menjadi seorang pengabdi.
meski tak bisa ku hapus masa kelam yang telah aku ukir, tapi ku ingin sisa masaku menorehkan makna meski hanya sebuah torehan kata-kata. semoga berhikmah...

Tidak ada komentar: